Survei Calon Gubernur Jakarta
Survei Calon Gubernur Jakarta
Para pakar cenderung tidak merekomendasikan tokoh-tokoh populer untuk memimpin Jakarta. Mereka lebih merekomendasikan tokoh-tokoh yang selama ini dinilai kurang populer dalam berbagai survei.
Demikian hasil penelitian FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan lembaga Cyrus Network yang bekerja sama dengan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia.
"Proses nominasi calon kepala daerah lebih banyak mengandalkan popularitas dan elektabilitas. Tetapi, itu belum menjamin kualitas tokoh yang bersangkutan," ujar Peneliti Pusat Kajian Psikologi Politik UI, Eko Prasetya, saat memaparkan hasil survei tersebut di Hotel Akmani, Jakarta, Minggu 4 Desember 2011.
Menurut Eko, popularitas dan elektabilitas seseorang belum tentu sejalan dengan kualifikasi kepemimpinan yang dibutuhkan karena proses pencalonan kepala daerah selama ini dilakukan berdasarkan keputusan elit parpol. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menawarkan pilihan alternatif kepada masyarakat mengenai tokoh yang punya kualitas baik untuk menjadi pemimpin Jakarta.
"Kami ingin membalik cara yang selama ini dikembangkan, Pilkada DKI Jakarta 2012 sebagai contoh memulai nominasi calon kepala daerah berdasarkan kualitas dan kapabilitas calon," kata Eko.
Eko menjelaskan survei ini dilakukan dengan metode FGD dengan melibatkan 100 pakar. Para pakar itu berasal dari kalangan yang dianggap relevan untuk merumuskan persoalan Jakarta dan mengualifikasikan siapa calon yang mampu menyelesaikan persoalan tersebut.
Setelah nama-nama didapatkan, tambah dia, FGD kembali dilakukan untuk menilai nama-nama tersebut berdasarkan profilnya. "Kami menguji nama-nama yang sudah dinominasikan itu kepada 100 pakar atau opinion leader dengan menggunakan metode delphi," kata Eko.
Menurut Eko, metode delphi merupakan cara memperoleh informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter, dan lain-lain yang relevan dengan eksplorasi ide dari orang-orang yang ahli di bidang tersebut.
Ternyata Joko Widodo alias Jokowi yang merupakan Walikota Solo mendapat nilai paling tinggi dan paling direkomendasikan pimpin Jakarta oleh para responden survei tersebut.
Penelitian dengan metode ini, menunjukkan nama-nama yang selama ini dinilai kurang populer justru layak menjadi pemimpin Jakarta. Profil Joko Widodo yang saat ini menjabat sebagai walikota Solo, Jawa Tengah memperoleh skor 6,98. Skor ini mengungguli Faisal Basri (6,70), Fadel Muhammad (6,35), Sandiaga S. Uno (6,15), dan Chairul Tanjung (6,10).
Sementara itu, tokoh-tokoh yang selama ini dinilai populer dan dibahas diberbagai media sebagai calon gubernur Jakarta, justru mendapat skor rendah. Mereka antara lain Tantowi Yahya (5,51), Fauzi Bowo (5,44), Wanda Hamidah (5,44), Nono Sampono (5,37), Hendardji Supandji (5,35), Nacrowi Ramli (5,27), dan Prya Ramadhani (4,88).
Skor para pakar diberikan untuk menilai kualitas para tokoh tersebut mulai dari segi kemampuan visi, leadership, intelektualitas, political skills, political communication skills, emotional stability, leadership style, penampilan, dan integritas moral.
Sementara itu, Direktur Laboratorium Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk, menambahkan responden menempatkan aspek integritas moral, ketegasan, dan komitmen sebagai kriteria yang paling dibutuhkan dan paling penting untuk dimiliki oleh calon gubernur Jakarta. Dan hasilnya, mereka yang cenderung populer tidak dinominasikan memenuhi kriteria tersebut.
"Ini memang metode mencari sosok figur siapa yang pantas dicalonkan jadi gubernur DKI Jakarta dari orang-orang yang punya kualifikasi untuk memberikan penilaian mengenai itu," kata Hamdi.
"Harapan kita, rekomendasi dari sekelompok orang yang mengerti ini mungkin bisa jadi referensi publik untuk menentukan pilihan. Partai politik belum tentu menominasikan orang dengan kualitas terbaik, mereka punya logika sendiri," tambah Hamdi. (sj)
sumber : http://metro.vivanews.com
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment